InfoPrakiraan Cuaca Sulawesi Selatan Sabtu 6 Agustus 2022: Mayoritas Daerah Cerah di Pagi dan Siang. TRIBUNPALU.COM - Berikut informasi prakiraan cuaca di area Sulawesi Selatan untuk Sabtu (6/8
Sumatera Jabar Banten Jateng DI Yogya Jatim Bali Sulawesi Lainnya Sumatera Jawa Bali Daerah Lainnya Sindikat Hacker Kartu Kredit Tim Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus Ditreskrimsus Polda Sulawesi Selatan mengejar empat peretas kartu debit yang mencuri uang nasabah, setelah sebelumnya menangkap seorang pelaku kejahatan tersebut. Sabtu, 10 Juni 2023 - 0251 WIB Jakarta, - Tim Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus Ditreskrimsus Polda Sulawesi Selatan mengejar empat peretas kartu debit yang mencuri uang nasabah, setelah sebelumnya menangkap seorang pelaku kejahatan tersebut."Pelaku 'hacker' peretas ini diamankan satu orang, tapi masih ada empat pelaku lain di kejar, termasuk bos 'hacker'-nya. Mereka dimasukkan dalam daftar pencarian orang DPO," kata Direktur Reskrimsus Polda Sulsel Kombes Pol Helmi Kwarta di Makassar, Jumat 9/6/2023.Seorang peretas, bagian sindikat kejahatan itu, yang telah ditangkap berinisial MM. Polisi telah mengetahui identitas empat peretas lain yang buron, yakni H bos, HPS, THS, dan MS anak buahIa menjelaskan para peretas mencuri saldo nasabah kartu debit, Mastercard, dengan masuk sistem, kemudian ke akun seseorang yang memiliki kartu kredit dengan menggunakan aplikasi tertentu. "Dari aplikasi itu dia bisa mengakses akun seseorang punya uang di kartu debit, sehingga dia bisa menggunakan kartu tersebut. Sementara pemilik tidak tahu kalau digunakan oleh pelaku," ungkap dia. Kendati demikian, katanya, kartu yang digunakan transaksi meninggalkan jejak mengatakan sindikat ini mempunyai kemampuan mengakses akun seseorang yang memiliki kartu. Halaman Selanjutnya "Jadi, bagi yang punya kartu debit kalau mau menggunakannya agar lebih hati-hati," ujar dia. Berita Terkait Syahrul Yasin Limpo Dipanggil KPK Hari Ini, Ini Profilenya Kabupaten Kediri Bangun Stadion Bertaraf Internasional, Bupati Buka Sayembara Nama Stadion Sakit Hati tidak Diberi Uang, Preman Bakar 3 Mobil Milik Ekspedisi Demo Tolak Penggusuran Ricuh, Warga Saling Dorong dengan Polisi Topik Terkait Makassar Makassar Hacker Cyber Internasional Fbi Saksikan Juga Jangan Lewatkan Cara Beli Tiket AVC Challenge Cup 2023, Dukung Yolla Yuliana Cs Langsung di Gresik Arena 16/06/2023 - 2043 Tiket AVC Challenge Cup for Women 2023 sudah dijual secara online. Tiket yang dijual berdasarkan tempat lokasi tribun penonton dengan mematok harga Rp100 ribu. Luhut Dituding Temui Surya Paloh di London Agar Cabut Dukungan untuk Anies Baswedan, Ini Katanya Nasional 16/06/2023 - 2039 Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan bantah telah mengusulkan nama calon wakil presiden untuk Anies Baswedan kepada Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh. Jelang Idul Adha, Peternak dan Salon Hewan Qurban di Ponorogo Laris Manis Jatim 16/06/2023 - 2037 Ada berbagai cara yang dilakukan peternak dan pedagang hewan qurban, dapatkan keuntungan jelang Idul Adha, seperti di Desa Wagir Kidul, Pulung Ponorogo Program Polisi RW di Purworejo Berhasil Selesaikan Masalah KDRT Jateng 16/06/2023 - 2025 Polisi RW polres purworejo di Kelurahan Kledung Kradenan Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo, berhasil selesaikan permasalahan KDRT, pada Selasa 13/5/2023 Bahaya... Pemilih Siluman Berpotensi Masuk DPT, Ini Data di Kabupaten Tuban Jatim 16/06/2023 - 2019 Temuan data pemilih siluman oleh KPU Tuban diprediksi jadi buah simalakama. Temuan terungkap pasca penetapan Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan DPSHP Fajar/Rian Akui Coba Segala Cara untuk Adang Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty Bulu Tangkis 16/06/2023 - 2018 Fajar/Rian takluk dua gim langsung atas ganda putra ranking enam dunia Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty dengan skor 13-21 dan 13-21 dalam waktu 41 menit. Trending Heboh Rangkap Jabatan, Kejati Jambi Gempa Sudah Diberhentikan Sebagai Kasi Perdata dan Tata Usaha Negara Sejak 3 Februari 2023 Nasional 16/06/2023 - 1051 Kabag Hukum Pemerintah Kota Jambi, Gempa Awaljon Putra saat ini tengah menjadi sorotan publik. Terlebih LHKPN viral di sejumlah media sosial. Terungkap! Sosok Ini yang Buat Lionel Messi Batal ke Indonesia Timnas 16/06/2023 - 0823 Argentina dipastikan tidak akan diperkuat tiga bintang mereka, yakni Lionel messi, Angel Di Maria, dan Nicolas Otamendi saat menghadapi Timnas Indonesia, Senin 7 Hari Berat Badan Turun 20 Kg, Ternyata Segampang Itu Tanpa Diet dan Olahraga, Kata dr Zaidul Akbar Cukup Makan… Kesehatan 16/06/2023 - 0430 Tak disangka ternyata cara menurunkan berat badan sebanyak 20 kg sangat mudah. Menurut dr Zaidul Akbar tak perlu diet dan olahraga, cukup makan ini saja... Mario Dandy Bayar Restitusi Rp100 M ke David Ozora, Pengacara Semua Hartanya Bisa Disita Nasional 16/06/2023 - 0520 Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban LPSK mencatat restitusi biaya perawatan rumah sakit hingga kondisi sampai saat ini korban penganiayaan David Ozora 17 mencapai seratus miliar rupiah lebih. Bahas Vaksinasi dan Isoman Pasien Covid-19 saat Endemi, Kemenkes Libatkan Tim Ahli Nasional 16/06/2023 - 1044 Bahas vaksinasi dan isoman pasien Covid-19 saat endemi, Kementerian Kesehatan Kemenkes libatkan tim ahli. MK Putuskan Sistem Pemilu Terbuka, SBY Singgung Perppu Ciptaannya soal Pilkada Nasional 16/06/2023 - 1222 Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono SBY menyambut baik keputusan Mahkamah Konstitusi MK yang menolak sistem pemilu tertutup atau hanya coblos partai. KPK Bantah Narasi Targetkan Mentan Syahrul Yasin Limpo Nasional 16/06/2023 - 0829 Komisi Pemberantasan Korupsi KPK membantah narasi pihaknya menargetkan Menteri Pertanian Mentan RI Syahrul Yasin Limpo dalam penyelidikan kasus dugaan korupsi di Kementerian Pertanian. Selengkapnya Viral Jadwal Hari Ini 2100 - 2200 Kabar Utama 2230 - 2330 Kabar Hari Ini 2330 - 0000 Kabar Arena 0000 - 0100 Kabar Dunia Selengkapnya
Makassar (Tagar 4/2/2019) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bekerja sama dengan Bank Sulselbar meluncurkan layanan Simpanan dan Pendapatan Pajak Daerah (SiPiJar). Layanan ini memungkinkan masyarakat untuk membayar pajak kendaraan bermotor dengan cara menyicil. p>This article aims to describe how the islamization process in South Sulawesi takes place approximately 17th century reviewed from Islam history, particularly related to when, who, where, and from where. Islamization in South Sulawesi took place in approximately 16M, has made social change for local people. The change at least occurs by religion shift among people from previously Hindu-Buddhist to new religion, that is Islam. Islamization in South Sulawesi using top down pattern. It means that for the initial stage, Islam is accepted by the king then society officially embraces Islam. In the islamization context in South Sulawesi, this area is a bit late accepting Islam compared with other areas in the eastern part of Indonesia such as Maluku, and Kalimantan. However, the trading relationship with other kingdoms has occured since long time ago. The area which initially embraces Islam in South Sulawesi is The Gowa-Tallo Kingdom. The kingdom is also the first which declares Islam as the official religion in the kingdom. Likewise, the clerics dan the king have extremely big role for islamization in South Sulawesi. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana proses islamisasi di Sulawesi Selatan yang berlangsung sekitar abad ke 17 M ditinjau dari sejarah islam, terutama menyangkut kapan, siapa, di mana, dan dari mana. Islamisasi di Sulawesi Selatan yang berlangsung sekitar abad ke 16M, telah membawa perubahan sosial terhadap masayarakat setempat. Setidaknya perubahan itu berlangsung melalui beralihnya agama masyarakat, dari agama yang sebelumnya bersifat Hindu-Budha ke agama baru, yaitu yang berlangsung di Sulawesi Selatan berlangsung melalui pola dari atas ke bawah top down. Artinya, pada tahap awal Islam diterima oleh Raja, lalu setelah itu rakyat secara resmi memeluk agama Islam. Dalam konteks Islamisasi di Sulawesi Selatan, kawasan ini agak terlambat menerima agama Islam dibandingkan dengan kawasan lain di Timur Nusantara, seperti Maluku, dan Kalimantan. Namun hubungan perdagangan dengan kerajaan lainnya sudah berlangsung sejak daerah Kerajaan yang lebih awal memeluk agama Islam di Sulawesi Selatan ialah Kerajaan ini juga yang pertama menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan. Demikian juga peran Ulama dan Raja sangat besar peranannya dalam Islamisasi di Sulawesi Selatan. The entry of Islam in Mandar is a phenomenon because Islam in Mandar entered in an extraordinary way without any rejection from the public in general and from the royal elite, besides that until now Mandar land is still an important reference in learning and deepening Islamic science, especially the learning of the Yellow Book kitta’ kuning in Sulawesi. This study explores how scholars spread Islamic teachings in Mandar and how scholars respond to the very diverse Local Culture of Mandar. In uncovering this, the study used Qualitative Descriptive methods in the form of observations, interviews and focus group discussions FGD. The location of this study is in West Sulawesi by focusing on the villages of Pambusuang and Campalagian Polman. The results showed that Islam entered Mandar peacefully because the way and approach used by scholars in spreading Islam was very in accordance with the situation and conditions of mandar society at that time which was a believer in Animism and Dynamism. The scholars in addition to conveying the teachings of Islam with full policy also make the local culture as an approach in conveying islamic teachings so that Islam enters the community with calm and pleasure. The findings in this study will certainly be very useful in the current proselytizing context, considering that Islam is currently widely highlighted and labeled extreme because one of the causes is preachers who seem to impose their opinions and beliefs on others. Apakareba Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi cuaca di Sulawesi Selatan pada Rabu, 5 Mei 2021.Sulawesi Selatan bakal diguyur hujan seharian. "Waspada potensi hujan lebat di wilayah Masamba, Selayar, Bulukumba, dan Sinjai," kata BMKG dari laman bmkg.go.id, Rabu, 5 Mei 2021.. Seluruh kota di Sulawesi Selatan bakal diguyur hujan berintensitas ringan pada siang hari.

Pada umumnya kedatangan Islam dan cara menyebarkannya kepada golongan bangsawan maupun rakyat umum dilakukan dengan cara damai, melalui perdagangan sebagai sarana dakwah oleh para mubaligh atau orang-orang alim. Kadang-kadang pula golongan bangsawan menjadikan Islam sebagai alat politik untuk mempertahankan atau mencapai kedudukannya, terutama dalam mewujudkan suatu kerajaan Islam. Kedatangan Islam di berbagai daerah di Indonesia tidak hadir secara bersamaan. Demikian pula dengan kerajaan-kerajaan dan daerah yang didatanginya, ia mempunyai situasi politik dan sosial budaya yang berlainan. Pada waktu kerajaan Sriwijaya mengembangkan kekuasaannya pada sekitar abad ke-7 dan ke-8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh para pedagang Muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina zaman T’ang pada abad-abad tersebut, diduga masyarakat Muslim telah ada, baik di Kanfu Kanton maupun di daerah Sumatra sendiri. Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang bersifat internasional antara negeri-negeri di Asia bagian barat atau timur mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam di bawah Bani Umayah di bagian barat maupun kerajaan Cina zaman dinasti T’ang di Asia Timur serta kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara. Menjelang abad ke-10 para pedagang Islam telah menetap di pusat-pusat perdagangan yang penting di kepulauan Indonesia, terutama di pulau-pulau yang terletak di Selat Malaka, terusan sempit dalam rute pelayaran laut dari negeri-negeri Islam ke Cina. Tiga abad kemudian, menurut dokumen-dokumen sejarah tertua, permukiman orang-orang Islam didirikan di Perlak dan Samudra Pasai di Timur Laut pantai Sumatera. Saudagar-saudagar dari Arab Selatan semenanjung tanah Arab yang melakukan perdagangan ke tanah Melayu sekitar 630 M tahun ke-9 Hijriah telah menemui bahwa di sana banyak yang telah memeluk Islam. Hal ini membuktikan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad-abad pertama Hijriah, atau sekitar abad ke-7 dan ke-8 Masehi yang dibawa langsung oleh saudagar dari Arab. Dengan demikian, Islam telah tiba di tanah Melayu sekitar tahun 630 Masehi tatkala Nabi Muhammad SAW masih hidup. Namun, di sini harus dibedakan antara Islam mulai masuk dan menyebar ke Nusantara. Karena belum tentu ketika Islam masuk kemudian langsung disebarkan. Pada masa selanjutnya, Islam dengan ajaran-ajarannya mulai disebarkan oleh para dai sufi Wali Songo pada tahun 1400-an masehi. Keterangan lebih lanjut tentang masuknya Islam ke Indonesia ditemukan pada berita dari Marcopolo, bahwa pada tahun 1292 ia pernah singgah di bagian utara daerah Aceh dalam perjalanannya dari Tiongkok ke Persia melalui laut. Di Perlak ia menjumpai penduduk yang telah memeluk Islam dan banyak para pedagang Islam dari India yang giat menyebarkan agama itu. Para pedagang Muslim menjadi pendukung daerah-daerah Islam yang muncul kemudian, dan daerah yang menyatakan dirinya sebagai kerajaan yang bercorak Islam ialah Samudra Pasai di pesisir timur laut Aceh. Munculnya daerah tersebut sebagai kerajaan Islam yang pertama diperkirakan mulai abad ke-13. Hal itu dimungkinkan dari hasil proses Islamisasi di daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi para pedagang Muslim sejak abad ke-7. Sultan yang pertama dari kerajaan Islam Samudera Pasai adalah Sultan Malik al-Saleh yang memerintah pada tahun 1292 hingga 1297. Sultan ini kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Muhammad Malik az-Zahir. Kerajaan Islam Samudra Pasai menjadi pusat studi agama Islam dan meru pakan tempat berkumpul para ulama Islam dari berbagai negara Islam untuk berdis kusi tentang masalah-masalah keagamaan dan masalah keduniawian. Berdasarkan berita dari Ibnu Batutah, seorang pengembara asal Maroko yang mengunjungi Samudra Pasai pada 1345, dikabarkan bahwa pada waktu ia mengunjungi kerajaan itu, Samudra Pasai berada pada puncak kejayaannya. Dari catatan lain yang ditinggalkan Ibnu Batutah, dapat diketahui bahwa pada masa itu kerajaan Samudra Pasai merupakan pelabuhan yang sangat penting, tempat kapal-kapal datang dari Tiongkok dan India serta dari tempat-tempat lain di Indonesia, singgah dan bertemu untuk memuat dan membongkar barang-barang dagangannya. Kerajaan Samudra Pasai makin berkembang dalam bidang agama Islam, politik, perdagangan, dan pelayaran. Hubungan dengan Malaka makin ramai, sehingga di Malaka pun sejak abad ke-14 timbul corak masyarakat muslim. Perkembangan masyarakat muslim di Malaka makin lama makin meluas dan akhirnya pada awal abad ke-15 berdiri kerajaan Islam Malaka. Para penganut agama Islam diberi hak-hak istimewa, bahkan telah dibangunkan sebuah masjid untuk mereka. Para pedagang yang singgah di Malaka kemudian banyak yang menganut agama Islam dan menjadi penyebar agama Islam ke seluruh kepulauan Nusantara, tempat mereka mengadakan transaksi perdagangan. Kerajaan Malaka pertama kali didirikan oleh Paramisora pada abad ke-15. Menurut cerita, sesaat sebelum meninggal dalam tahun 1414, Paramisora masuk Islam, kemudian berganti nama menjadi Iskandar Syah. Selanjutnya, kerajaan Malaka dikembangkan oleh putranya yang bernama Muhammad Iskandar Syah 1414-1445. Pengganti Muhammad Iskandar Syah adalah Sultan Mudzafar Syah 1445-1458. Di bawah pemerintahannya, Malaka menjadi pusat perdagangan antara Timur dan Barat, dengan kemajuan-kemajuan yang sangat pesat, sehingga jauh meninggalkan Samudra Pasai. Usaha mengembangkan Malaka hingga mencapai puncak kejayaannya dilakukan oleh Sultan Mansyur Syah 1458-1477 sampai pada masa pemerintahan Sultan Alauddin Syah 1477-1488. Sementara itu, kedatangan pengaruh Islam ke wilayah Indonesia bagian timur Sulawesi dan Maluku tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang antara pusat lalu lintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku. Menurut tradisi setempat, sejak abad ke-14, Islam telah sampai ke daerah Maluku. Disebutkan bahwa kerajaan Ternate ke-12, Molomateya 1350-1357, bersahabat karib dengan orang Arab yg memberinya petunjuk dalam pembuatan kapal, tetapi agaknya tidak dalam kepercayaan. Pada masa pemerintahan Marhum di Ternate, datanglah seorang raja dari Jawa yang bernama Maulana Malik Husayn yang menunjukkan kemahiran menulis huruf Arab yang ajaib seperti yang tertulis dalam Alquran. Hal ini sangat menarik hati Marhum dan orang-orang di Maluku. Kemudian, ia diminta oleh mereka agar mau mengajarkan huruf-huruf yang indah itu. Sebaliknya, Maulana Malik Husayn mengajukan permintaan, agar mereka tidak hanya mempelajari huruf Arab, melainkan pula diharuskan mempelajari agama Islam. Demikianlah Maulana Malik Husayn berhasil mengislamkan orang-orang Maluku. Raja Ternate yang dianggap benar-benar memeluk Islam adalah Zainal Abidin 1486-1500. Dari ketiga pusat kegiatan Islam itulah, maka Islam menyebar dan meluas memasuki pelosok-pelosok kepulauan Nusantara. Penyebaran yang nyata terjadi pada abad ke-16. Dari Malaka, daerah Kampar, Indragiri, dan Riau menjadi Islam. Dari Aceh, Islam meluas sampai ke Minangkabau, Bengkulu, dan Jambi. Dimulai sejak dari Demak, maka sebagian besar Pulau Jawa telah menganut agama Islam. Banten yang diislamkan oleh Demak meluaskan dan menyebarkan Islam ke Sumatera Selatan. Di Kalimantan, kerajaan Brunei yang pada abad ke-16 menjadi Islam, meluaskan penyebaran Islam di bagian barat Kalimantan dan Filipina. Sedangkan Kalimantan Selatan mendapatkan pengaruh Islam dari daratan Jawa. Dari Ternate semakin meluas meliputi pulau-pulau di seluruh Maluku serta daerah pantai timur Sulawesi. Pada abad ke-16 di Sulawesi Selatan berdiri kerajaan Goa. Demikianlah pada akhir abad ke-16 dapat dikatakan bahwa Islam telah tersebar dan mulai meresapkan akar-akarnya di seluruh Nusantara. Meresapnya Islam di Indonesia pada abad ke-16 itu bersamaan pula dengan ditanamkannya benih-benih agama Katolik oleh orang-orang Portugis. Bangsa Portugis ini dikenal sebagai penentang Islam dan pemeluk agama Katolik fanatik. Maka, di setiap tempat yang mereka datangi, di sanalah mereka berusaha mendapatkan daerah tempat persemaian bagi agama Katolik. Hal ini menurut tanggapan mereka merupakan suatu tugas dan kewajiban yang mendapat dorongan dari pengalaman mereka menghadapi Islam di negeri mereka sendiri. Ketika pertahanan Islam terakhir di Granada jatuh pada 1492, maka dalam usaha mereka mendesak agama Islam sejauh mungkin dari Spanyol dan Portugis, mereka memperluas gerakannya sampai Timur Tengah yang waktu itu menjadi daerah perantara perdagangan rempah-rempah yang menghubungkan Timur dengan Barat. Timbullah kemudian suatu hasrat dalam jiwa dagang mereka untuk berusaha sendiri mendapatkan rempah-rempah yang menjadi pokok perdagangan waktu itu langsung dari daerah penghasilnya Nusantara. Dengan demikian, mereka tidak akan bergantung lagi kepada pedagang-pedangan Islam di Timur Tengah. Fathoni Ahmad, Redaktur NU Online

Penyebaranyang nyata terjadi pada abad ke-16. Dari Malaka, daerah Kampar, Indragiri, dan Riau menjadi Islam. Dari Aceh, Islam meluas sampai ke Minangkabau, Bengkulu, dan Jambi. Dimulai sejak dari Demak, maka sebagian besar Pulau Jawa telah menganut agama Islam. Banten yang diislamkan oleh Demak meluaskan dan menyebarkan Islam ke Sumatra Selatan.

Mengenal Kesultanan Islam Pertama di Nusantara Ilust/Hidayatuna Jakarta – Dalam sejarah masuknya Islam di belahan Indonesia memiliki karakteristik dan coraknya masing-masing. Begitu pun dengan sejarah masuknya Islam di Sulawesi Selatan ratusan tahun buku yang diterbitkan Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berjudul “Ragam Hias Beberapa Makam Islam di Sulawesi Selatan” menjelaskan. Sebelum Agama Islam masuk ke Sulawesi Selatan, banyak raja-raja dan rakyat dari kerajaan-kerajaan di daerah ini yang masih menganut kepercayaan nenek di Sulawesi Selatan antara lain Gowa, Tallo, Lamuru, dan Soppeng. Sejak abad ke-15, Sulawesi Selatan bagian Selatan banyak dikunjungi oleh pedagang-pedagang muslim yang berasal dari Malaka, Jawa dan Sumatera. Bahkan sejak raja Gowa ke-12 yaitu Tunijallo sudah menjalin persahabatan dengan raja-raja di Jawa, Johor, pahang, Banjar dan Maluku.“Pada mulanya masyarakat muslim di Sulawesi Selatan hanya terdiri atas para pedagang, terutama orang-orang Melayu. Berkat usaha muballiq Islam yang terkenal yaitu Datuk Tiro, Datu ri Bandang, Datuk Sulaeman, dan Datuk Palimang. Barulah Islam mulai tersebar di Sulawesi Selatan awal abad ke-17 M,” tulis laporan tersebut dikutip Selasa 21/9/2021.Raja yang Pertama Kali Memeluk IslamRaja Gowa dan Tallo, lanjut laporan tersebut, adalah raja-raja yang pertama kali memeluk agama Islam, tepatnya pada tanggal 22 September 1605 M. Kedua raja ini telah mengakui agama Islam sebagai agama kerajaan dan berusaha menyebarluaskannya.“Usaha penyebarluasannya dengan cara damai yaitu dengan mengirim utusan kepada raja-raja di daerah lainnya. Di Sulawesi Selatan untuk mengajak meninggalkan kepercayaan lama dan menganut agama Islam,” raja Soppeng dengan rajanya bergelar Datu Beo E dikalahkan oleh Gowa dan pada tahun 1609 M menyatakan memeluk Islam. Kemudian raja Gowa menyebarkan kekuasaannya ke Bone dan mengislamkannya pada tahun 1611 M. Setelah itu agama Islam berkembang dengan pesat di Sulawesi Selatan.“Akibat proses Islamisasi itu muncullah hasil-hasil peninggalan budaya yang mengandung pengaruh Islam dan banyak ditemukan di Sulawesi Selatan, diantaranya makam. Maka sebagai salah satu bukti sistem penguburan bagi orang-orang muslim, pada umumnya dibagian atas diberi tanda berupa nisan dengan arah utara dan selatan,” tandasnya. terjawabSeluruh daerah Sulawesi Selatan dapat di Islamkan dengan cara A. Mendatangkan mubalig dari daerah lain B. Penyerangan dan penaklukan C. Menempatkanguru dan tokoh agama pada tiap daerah D. Memperbanyak sekolah agama dan pesantren E. Menyesuaikan agama dan tradisi lokal 2 Lihat jawaban Iklan Jawaban 4 indahkuswati83 Jawaban:
Wabah Covid-19 semakin meresahkan masyarakat Indonesia. Pemerintah pun akhirnya mengeluarkan imbauan agar masyarakat sebisa mungkin menghindari keramaian. Masyarakat diminta tidak berkumpul dalam jumlah besar di tempat tertentu. Hal itu dilakukan untuk memutus rantai persebaran virus yang semakin meluas. Di tengah upaya tersebut, masyarakat Indonesia malah dihebohkan dengan pemberitaan tentang kegiatan Tabligh Ijtima Dunia 2020 Zona Asia yang rencananya akan diselenggarakan di Gowa, Sulawesi Selatan pada 19-22 Maret. Diberitakan CNNIndonesia, Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB Agus Wibowo membenarkan keberadaan anggota Jemaah tabligh di Gowa tersebut. Namun setelah pemerintah daerah Sulawesi Selatan bersama TNI dan kepolisian melakukan koordinasi dengan pihak panitia penyelenggara, acara tabligh itu resmi ditunda. Pangdam Hasanuddin Mayjen TNI Andi Simangaruka menyebut pihaknya berhasil meyakinkan panitia menunda acara di tengah pencegahan virus corona yang dilakukan pemerintah Indonesia. “Jadi rencana mereka akan membatalkan kegiatan itu. Ini kesepakatan dengan panitia karena kan progam pemerintah dalam rangka pencegahan penularan virus corona. Mereka mengerti itu,” ucap Andi Simangaruka. Banyak masyarakat yang bingung dengan pemilihan wilayah Gowa sebagai tempat penyelenggaraan acara tersebut. Dari sekian banyak wilayah di Indonesia mengapa Gowa yang dipilih untuk acara yang baru pertama kali terselenggara di Indonesia ini. Hal itu tentu tidak terlepas dari perkembangan ajaran Islam di Gowa yang telah terjadi sejakratusan tahun lalu. Lantas bagaimana Islam pertama kali masuk ke Gowa? Kedatangan Pertama Penyebaran Islam di Nusantara berlangsung tidak merata. Ajaran agama dari Jazirah Arab ini tidaklah masuk secara bersamaan ke seluruh penjuru Nusantara. Masuknya Islam ke Sulawesi Selatan, termasuk Kerajaan Gowa contohnya, bisa dikatakan terlambat dibandingkan dengan wilayah Sumatera dan Jawa. Jika di kedua wilayah tersebut Islam telah berkembang pesat sejak abad ke-10, pengaruh Islam di Sulawesi baru muncul sekitar abad ke-16. Penyebabnya adalah kegiatan dagang di sana baru ramai akhir abad ke-16 hingga permulaan abad ke-17. Dijelaskan Ahmad M. Sewang dalam Islamisasi Kerajaan Gowa Abad XVI sampai Abad XVII, para pedagang Muslim dari berbagai daerah di Nusantara, serta pedagang Eropa baru ramai mengunjungi pelabuhan-pelabuhan di Sulawesi Selatan pada periode abad tersebut. Aktifitas dagang inilah yang mempengaruhi tumbuhnya Islam di Jawa dan Sumatera. Sehingga ketika Sulawesi mulai ramai dikunjungi, persebaran Islam di Gowa pun mulai meningkat. Menurut Mattulada dalam “Islam di Sulawesi Selatan” dimuat dalam Agama dan Perubahan Sosial karya Taufik Abdullah, keberadaan pemukiman Muslim pertama di Makassar diketahui pada masa pemerintahan Raja Gowa X Tonipalangga 1546-1565. Penduduk Muslim pertama di Sulawesi Selatan itu mayoritas berasal dari Campa, Patani, Johor, dan Minangkabau. Mereka adalah para pedagang yang melakukan aktifitas dagang di pelabuhan Makassar, yang ketika itu dikenal sebagai tempat singgah para pelaut yang ingin ke Maluku ataupun ke Sumatera. Pada masa kekuasaan Tonijallo 1565-1590 di tempat bermukim para pedagang Muslim di Mangallekanna itu telah berdiri sebuah masjid. Memasuki abad ke-17 Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo mulai menerima keberadaan Islam di negerinya. Peristiwa besar penerimaan Islam tersebut ditandai dengan kedatangan tiga orang datuk datuk tallua dari Minangkabau ke wilayah kekuasaan raja Gowa. “Peristiwa masuknya Islam Raja Gowa merupakan tonggak sejarah dimulainya penyebaran Islam di Sulawesi Selatan, karena setelah itu terjadi konversi ke dalam Islam secara besar-besaran,” tulis Sewang. Berdasar peneltian etnolog Prancis Christian Pelras dalam “Religion, Tradition and the Dynamics of Islamization in South Sulawesi” dimuat Archipel, diketahui bahwa orang pertama di Gowa yang menerima Islam adalah mangkubumi Kerajaan Gowa, yang juga memegang kekuasaan tertinggi di Tallo, yaitu I Malingkang Daeng Manyonri. Ia kemudian memperoleh nama Islam Sultan Abdullah Awwalul-Islam. Pada waktu yang bersamaan, Raja Gowa XIV I Mangarangi Daeng Manrabia, juga mengikrarkan dirinya menjadi seorang Muslim. Ia kemudian mengganti namanya menjadi Sultan Alauddin. Keduanya tercatat menjadi Muslim pada 1605. Perubahan seluruh keyakinan di Gowa ke dalam Islam ditasbihkan dengan dikeluarkannya sebuah dekrit Sultan Alauddin pada 9 November 1607. Dalam dekrit itu, kata Sewang, Sultan menjadikan Islam agama resmi kerajaan dan agama yang perlu diyakini seluruh rakyat di wilayah kerajaan Gowa. Tidak ada pertentangan atas keputusan tersebut. Tetapi kemudian mulai timbul pertentangan manakala Gowa mulai menyerukan Islam ke kerajaan-kerajaan taklukannya yang mayoritas masih menganut kepercayaan di luar Islam. Pada perkembangan selanjutnya, ajaran-ajaran Islam yang disyiarkan oleh para ulama di Gowa mulai diterima secara luas oleh masyarakat. “Sejak semula, penyebaran Islam dilakukan atas prakarsa raja, serta atas kemampuan adaptasi yang diperlihatkan oleh para penyiar Islam. Akan tetapi bagaimana proses itu terjadi serta peranan yang dimainkan oleh raja di dalamnya, belumlah ada penelitian yang membahas secara khusus tentang itu,” ungkap Sewang. Datuk Tallua Tersebarnya Islam di kalangan penguasa Gowa tidak terlepas dari peran datuk tallua. Tiga datuk tersebut di antaranya Abdul Makmur Khatib Tunggal, dikenal juga dengan nama Datuk ri Bandang; Sulaiman Khatib Sulung, dikenal juga dengan nama Datuk Patimang; Abdul Jawad Khatib Bungsu, dikenal juga dengan nama Datuk ri Tiro. Begitu tiba di Makassar, ketiganya tidak langsung menjalankan misi agamanya. Mereka lebih banyak berinteraksi dengan orang-orang Melayu dan pedagang Muslim yang sudah lebih dahulu tinggal di Sulawesi Selatan. Para mubalig ini berusaha mendekati para penguasa yang paling dihormati agar penyebaran ajaran Islam lebih mudah dilakukan. Dikisahkan dalam Lontara Pattorioloang dan Lontara Bilang, ketiga datuk kemudian pergi menuju Luwu untuk mendekati penguasa di sana. Berdasar informasi yang didapat, penguasa Luwu lebih terbuka terhadap keberadaan Islam. Akhirnya pada 1605, penguasa Luwu Daeng Parabung berhasil diislamkan. Ia mengganti namanya menjadi Sultan Muhammad. Sebagai raja Luwu, Sultan Muhammad cukup dihormati di kalangan raja-raja Sulawesi Selatan. Ia memiliki pengaruh yang besar. Sultan Muhammad lalu menyarankan agar datuk tallua pergi menemui Raja Gowa. Wilayah Gowa, menurut Sultan Muhammad, memiliki kekuatan militer dan politik yang kuat di kawasan Sulawesi Selatan. Jika Islam berhasil berkembang di sana, persebarannya diyakini akan semakin besar dan cepat. Usaha para mubalig itu pun membuahkan hasil. Beberapa bulan setelah melakukan pendekatan, Gowa dan Tallo bersedia memeluk agama Islam. “Kerajaan Gowa dikenal sebagai salah satu kerajaan pertama yang menerima Islam sebagai agama resmi sekaligus menjadi pusat Islamisasi di Sulawesi Sulatan,” tulis Sewang.
7cara main poker online yang perlu jadi perhatian A short summary of this paper. Tradisi Unik Masyarakat Adat Khas Indonesia Tugas uts inovasi dan rekayasa sosial inovasi di daerah sulawesi selatan. Seluruh daerah sulawesi selatan dapat diislamkan dengan cara. 154 diislamkan dengan cara lembut atau tahun 1991 tanggal 22 juli 1991. Mengetahui alat musik
Oleh Ilham Kadir Alumnus Pesantren Darul Huffazh Tuju-tuju Bone, Sulawesi Selatan; Arabic-Islamic College Al Ihsaniah Penang, Malaysia; dan STAI-DDI Makassar Menurut catatan sejarah, hubungan diplomatik antara kerajaan Majapahit di Jawa dengan kerajaan-kerajaan Bantayan alias Bantaeng, Luwu, Uda pulau Talaud, Makassar, Butun Buton dan Salaya Selayar di Sulawesi Celebes telah terjalin cukup lama. Pada abad ke-16 orang-orang Bugis-Makassar berperan penting dalam peperangan melawan Belanda di Jawa. Selain dikenal mahir berkelahi menggunakan senjata tajam seperti badik, keris, dan sebagainya, mereka juga memiliki kesetiakawanan yang tinggi –sebagaimana digambarkan dalam kisah-kisah wayang di Jawa. Jejak kongkrit pengembaraan mereka masih kita temui di Jogjakarta, Riau, Singapura, Johor, Pahang dan Selangor Malaysia.[1] Awal Masuknya Islam di Sulawesi Selatan Setelah kerajaan Malaka kini salah satu negeri bagian di Malaysia jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511 dan arus niaga di pulau Jawa menurun maka pusat perdagangan Nusantara berpindah tempat ke Makassar di bawah pemerintahan kembar Gowa-Tallo, dan daerah ini pun dijadikan sebagai the Second Malacca. Sebagai Bandar niaga terbesar di Nusantara, maka tentu saja ia adalah ibarat gula yang di incar oleh para semut; maka berdatanganlah para pedagang dari berbagai penjuru, mulai dari pebisnis kelas Nusantara maupun kelas luar Nusantara, baik itu India, Persia, Arab, Afrika, Cina, dan Eropa. Para pedagang tersebut masing-masing datang dengan latar belakang yang berbeda– beda budaya, beda bangsa, beda bahasa, beda kepercayaan, dan seterusnya. Yang jelas pada saat itu Makassar sudah termasuk salah satu dari pusat tata niaga kelas dunia yang sangat diperhitungkan. Datangnya pedagang yang beragama Islam memiliki cerita tersendiri pada saat itu; diperkirakan para pedagang inilah yang pertama kali memperkenalkan Islam baik dalam skala Nusantara maupun skala lokal di Makassar. Sejarah yang sangat masyhur tentang masuknya Islam di Sulawesi Selatan terdapat dalam Lontara Latoa[2] yang dikenal sebagai priode Galigo. Saat itu masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya suku Bugis dan Makassar, memiliki kepercayaan terhadap dewa yang disebut Dewata Seuwae Tuhan Yang Maha Esa; sisa-sisa kepercayaan ini masih dapat disaksikan hingga kini pada masyarakat Lotang dan Kajang. Disebutkan bahwa awal kedatangan Islam secara terang-terangan di Sulawesi Selatan dibawa oleh tiga da’i yang berasal dari Minangkabau yang terkenal dengan Datu’ Tellue. Meraka adalah Abdul Qadir Datuk Tunggal dengan julukan Datuk ri Bandang, Sulung Sulaeman sebagai Datuk Patimang, dan Khatib Bungsu sebagai Datuk ri Tiro.[3] Ketiga Ulama di atas menggarap lahan yang berbeda. Datuk ri Bandang menggarap kerajaan kembar Gowa-Tallo, Datuk Patimang menjelajah ke kerajaan Luwu sedang yang terakhir, Khatib Bungsu, masuk berdakwah pada masyarakat di daerah Tiro yang kini termasuk daerah Bulukumba dan kemudian hari beliau diberi gelar sebagai Datuk ri Tiro, dalam rangka pengabadian nama tempat beliau awal-awal berdakwah. Ketiga da’i di atas memiliki metode atau cara yang berbeda antara satu sama lain. Mereka berdakwah sesuai situasi, kondisi dan toleransi pada obyeknya. Khatib Bungsu alias Datuk ri Tiro, misalnya, melihat fenomena masyarakat daerah Tiro Bulukumba terdiri dari para penganut faham animisme atau percaya pada hal-hal yang berbau mistik, maka beliau memperkenalkan agama Islam dengan menggunakan metode dan ajaran tasawuf; dengan begitu masyarakat setempat dapat menerima ajaran agama Islam dengan sukarela dan tanpa ada paksaan sedikit pun. Berbeda dengan Abdul Qadir Datuk Tunggal alias Datuk ri Bandang dan Sulung Sulaeman sebagai Datuk Patimang, mereka berdua ini berdakwah melalui jalur birokrasi jika dibahasakan dengan konteks saat ini. Metodenya jelas berbeda dengan berdakwah melalui akar rumput grass root karena untuk menebarkan pengaruh kepada Sang Raja tidaklah semudah yang kita bayangkan. Jangankan dengan Raja, dengan kepala suku saja tidaklah mudah. Sebagaimana kita ketahui bahwa Raja tidaklah berdiri dengan sendirinya; dia punya pengawal, punya dewan penasehat, punya menteri, dan sebagainya. Jadi keberhasilan para da’i ini dalam mempengaruhi para penguasa untuk menerima agama Islam sebagai agama kerajaan dan para masyarakatnya merupakan sebuah keahlian yang tersendiri. Raja yang pertama menerima Islam sebagai agamanya adalah Raja Tallo yang bernama I Mallingkang Daeng Mannyonri, Karaeng Tumenanga ri Bontobiraeng. Baginda juga merangkap jabatan sebagai Tumabbicara Butta Mangkubumi Kerajaan Gowa. Menurut catatan lontara dan berbagai buku sejarah di Sulawesi Selatan bahwa tanggal resmi penerimaan Islam sebagai agama adalah pada malam Jumat 22 September 1605 atau 9 Jumadil Awal 1014 Hijriah. Setelah resmi masuk agama Islam maka baginda langsung mendapatkan gelar sebagai Sultan dan diberi nama Islam yaitu Sultan Awwalul Islam. Tidak berapa lama kemudian Raja Gowa ke 14 yang bernama I Manngerengi Daeng Manrabia juga turut memeluk Islam dan diberi gelar Sultan Alauddin. Dua tahun kemudian seluruh rakyat Gowa dan Tallo telah selesai di-Islamkan dengan diadakannya shalat Jumat secara berjamaah pertama di Tallo pada tanggal 9 Nopember 1607, bertepatan dengan 19 Rajab 1016 H. Setelah Kerajaan kembar Gowa-Tallo menjadi kerajaan Islam dan raja-rajanya memperoleh gelar Sultan, maka secara otomatis kerajaan ini telah menjadi pusat penyebaran Islam di daerah Sulawesi. Raja Gowa sebagai penguasa super power di daerah sulawesi mulai menampakkan pengaruhnya dengan menyerukan kepada seluruh raja-raja yang ada di Sulawesi supaya menerima Islam sebagai agama tunggal. Disamping itu, memang sudah ada semacam konsensus antara raja-raja di Sulawesi Selatan bahwa “Barang siapa yang menemukan jalan yang lebih baik, maka ia berjanji akan memberitahukannya pada raja-raja sekutunya”. Selain itu disebutkan juga bahwa pada tanggal 9 November 1967, Sultan Alauddin secara resmi mengeluarkan dekrit yang isinya menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan dan masyarakat. Setelah Sulawesi Selatan dapat diislamkan, maka tibalah gilirannya Sultan Alauddin yang juga berprofesi sebagai da’i ini bersama Karaeng Matoaya Mangkubumi yang merupakan pamannya sendiri memperluas pengaruh dan wilayah melalui islamisasi pada kerajaan-kerajaan di sebelah Timur dan sebagian sebelah Barat. Bahkan supremasi dan dominasi Kerajaan Makassar meliputi separuh Nusantara, dari Sulawesi, Berau, dan Kutai Kalimantan Timur, Nusa Tenggara minus Bali karena sebelumnya telah terjadi perjanjian persahabatan antara Makassar, Marege Australia Utara, dan gugusan pulau Tinibar. Perluasan pengaruh dan dominasi Kerajaan Islam Makassar inilah menjadi cikal bakal munculnya Republik Indonesia yang kekuasaannya mempersatukan Nusantara dari Sabang sampai Marauke, dari Pualu Migas di sebelah Utara dan Sumba di sebelah Selatan.[4] Pada umumnya Islam berkembang di Sulawesi Selatan dengan damai dan apa adanya. Disamping adanya konsensus yang disebutkan di atas, para da’i Muslim juga terhitung cepat beradaptasi dengan kepercayaan ini. Memang terdapat kerajaan yang pada mulanya enggan langsung menerima Islam sebagai agama Istana dan rakyat, namun itu tidak seberapa. Disamping gencarnya dakwah yang dilakukan oleh kerajaan Gowa dan Tallo sebagai pemegang hegemoni politik dan supremasi di daerah Sulawesi pada khusunya dan Nusantara bagian timur pada umumnya, kerajaan ini memiliki pasukan tempur yang tangguh dan tak tertandingi oleh kerajaan mana pun di daerah Sulawesi dan bagian Timur Nusantara. Kerajaan yang memeluk Islam karena kalah dalam peperangan adalah Sidenreng Rappang dan Soppeng pada tahun 1609, menyusul Wajo tahun 1610, dan terakhir adalah Bone pada tahun 1611 M.[5] Selain Datuk Tellue, salah satu ulama dan pahlawan dua Negara Afrika Selatan dan Indonesia yang memiliki peran besar dalam dakwah di Sulawesi Selatan adalah Syekh Yusuf al–Makassari; dia hidup dalam pertengahan abad XVII dan termasuk ulama yang sangat dihormati; ia juga termasuk Bangsawan Gowa, kemudian merantau ke Banten dan menikah dengan putri Sultan Ageng. Mendampingi mertuanya melawan Belanda, ia pun kemudian ditawan oleh Belanda dan diasingkan di Sailon pada tahun 1683. Tapi pada saat itu sebahagian murid-muridnya terus berdatangan kepadanya. Inilah yang membuat Belanda makin geram yang akhirnya membuat beliau dibuang ke Tanjung Harapan Afrika Selatan. Karena banyaknya tempat yang di singgahi oleh tokoh ini, muncul kemudian anggapan terkait tentang tempat persemayaman akhir beliau. Sedikitnya ada tiga pandangan. Ada yang mengatakan bahwa ia dikuburkan di Banten; ada juga yang percaya bahwa ia dikebumikan Afrika Selatan, dan yang lain berpendapat kuburannya ada di Gowa, Sulawsi Selatan.[6] Baca selengkapnya di Jurnal Islamia, Pembebasan Nusantara Antara Islamisasi dan Kolonisasi’, No. 2, 2012. [1]Ketika Sultan Abdul Jalil putera Sultan Hasanuddin mengawinkan puterinya yang bernama Karaeng Pattukangang dengan Lapatauk Raja Bone, telah diadakan perjanjian bahwa putera pertama yang lahir dari perkawinan itulah yang menggantikan kakeknya sebagai raja Makassar. Namun harapan tersebut pupus karena Belanda berhasil menaklukkan Makassar. Maka ia pun pergi berlayar ke Pahang Malaysia, dimana ia menjadi penguasa. Kelak keturunannya menjadi Perdana menteri Malaysia yaitu Tun Abdul Razak dan kini anaknya Najib Abdul Razak. Lihat Mangemba, Sultan Hasanuddin Ayam Jantan Dari Benua Timur Pemda Tingkat II Gowa 1997, hlm. 18. [2]Lontara atau kronik merupakan catatan peristiwa yang ditulis di atas daun lontar, penulisannya juga harus melewati beberapa syarat, Salahsatu lontara yang terkenal adalah ditulis pada abad ke XVIII oleh La Sangaji Puanna La Sengseng, ia menyatakan bahwa bahan yang tidak boleh diambil sebagai bahan pertimbangan atau sumber ilmu adalah a Pau anakanae pembicaraan anak-anak yang belum akil baligh yang tidak masuk aka; b Tutu tau jangenge tutur kata orang yang tidak waras; c Sadda sanroe ramalan dukun, paranormal; d Nippie mimpi; e Kapangnge dugaan, terkaan, prasangka. Syarat-sayarat di atas diambil dari La Taddamparek Puang ri Maggalatung Arung Matoa Wajo tahun 1491 – 1521 M. Untuk selanjutnya silakan lihat Abu Hamid, et. al., dalam Siri’ & Pesse’ Harga Diri Manusia Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja. Cet. II; Makassar Refleksi, 2007, hal. 12. [3]Cerita awal kedatangan Islam juga dikisahkan bahwa seorang ulama dari Minangkabau Tengah, Sumatera Barat, bernama Abdul Makmur Khatib Tunggal, tiba dipelabuhan Tallo dalam tahun 1605, dengan menumpang sebuah kapal perahu, setibanya di pantai ia melakukan shalat yang mengherankan rakyat. Ia menyatakan keinginannya untuk menghadap Raja. Raja Tallo yang mendengar berita itu langsung bergegas ke pantai untuk menemui orang yang berbuat aneh itu. Ditengah perjalanan ke pantai, di pintu gerbang halaman istana Tallo, baginda bertemu dengan seorang tua yang menanyakan tentang tujuan perjalanan baginda. Orang tua itu menulis sesuatu di atas kuku ibu-jari baginda dan mengirim salam pada orang berbuat ajaib yang ada di pantai itu. Sewaktu Khatib Tunggal diberitahu tentang pertemuan Raja dengan orang tua itu, ia melihat bahwa yang tertulis di atas kuku ibu-jari Raja Tallo itu ialah surah al fatihah. Khatib Tunggal menyatakan bahwa orang tua itu yang menjumpai Baginda adalah penjelmaan Nabi Muhammad SAW. Seterusnya orang makassar menamakan penjelmaan Nabi Muhammad itu “Makassar Nabi Muhamad” sebagian orang Makassar mengartikan kalimat itu sebagai asal mula nama “Makassar”. Keterangan lebih sempurna baca juga, A. Mattulada dalam karyanya, Sejarah Masyarakat dan Kebudayaan Sulawesi Selatan, Makassar Hasanuddin University Press, 1998, hal. 150. [4] Mangemba, Sultan Hasanuddin Ayam Jantan Dari Benua Timur Pemda Tingkat II Gowa 1997, hal. 4. [5]Tiga kerajaan ini yaitu Bone, Soppeng, dan Wajo disebut juga tiga kerajaan aliansi tellumpoccoe. Untuk lebih jelasnya lihat Ahmad M. Sewang, Islamisasi Kerajaan Gowa. Abad XVI sampai Abad XVII, Jakarta Yayasan Obor Indonesia, 2003, hal. 2-3. [6]Di daerah Sulawesi Selatan, ulama memiliki keistemewaan tersendiri dalam strata sosial, sebagaimana kita ketahui bahwa susunan fungsional masyarakat bugis sebagai berikut a Ade’ tomapparenta pemimpin pemerintah yang diangkat dari anakarung dipercayai baca mitos keturunan to manurung yang berasal dari dunia luar; b To Panrita, ulama atau pimpinan kerohanian; c To Acca, kaum intelektual atau cerdik pandai; d, To Sugi, pengusaha atau orang kaya; e To Warani, pemberani atau jawara. lihat A. Mattulada, op. cit., h. 28.
T6PS.
  • 6t9ni9oshv.pages.dev/105
  • 6t9ni9oshv.pages.dev/427
  • 6t9ni9oshv.pages.dev/460
  • 6t9ni9oshv.pages.dev/311
  • 6t9ni9oshv.pages.dev/242
  • 6t9ni9oshv.pages.dev/521
  • 6t9ni9oshv.pages.dev/97
  • 6t9ni9oshv.pages.dev/487
  • seluruh daerah sulawesi selatan dapat diislamkan dengan cara