001 "Nun, demi kalam, dan apa yang mereka tulis Al-Qur'an," – ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ Nuun wal qalami wamaa yasthuruuna 002 "berkat nikmat Rabb-mu; kamu Muhammad sekali-kali bukan orang gila." – مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ Maa anta bini'mati rabbika bimajnuunin 003 "Dan sesungguhnya, bagi kamu benar-benar pahala yang besar, yang tidak putus-putusnya." – وَإِنَّ لَكَ لأجْرًا غَيْرَ مَمْنُونٍ Wa-inna laka ajran ghaira mamnuunin 004 "Dan sesungguhnya, kamu Muhammad benar-benar berbudi pekerti yang agung." – وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ Wa-innaka la'al khuluqin 'azhiimin 005 "Maka kelak kamu akan melihat, dan mereka orang-orang kafirpun akan melihat," – فَسَتُبْصِرُ وَيُبْصِرُونَ Fasatubshiru wayubshiruuna 006 "siapa di antara kamu yang gila." – بِأَيِّكُمُ الْمَفْتُونُ Biai-yikumul maftuunu 007 "Sesungguhnya Rabb-mu, Dialah Yang Paling Mengetahui, siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." – إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ Inna rabbaka huwa a'lamu biman dhalla 'an sabiilihi wahuwa a'lamu bil muhtadiina 008 "Maka janganlah kamu ikuti, orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah." – فَلا تُطِعِ الْمُكَذِّبِينَ Falaa tuthi'il mukadz-dzibiina 009 "Maka mereka menginginkan, supaya kamu bersikap lunak, lalu mereka bersikap lunak pula kepadamu." – وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ Wadduu lau tudhinu fayudhinuuna 010 "Dan janganlah kamu ikuti, setiap orang yang banyak bersumpah, lagi hina," – وَلا تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ مَهِينٍ Walaa tuthi' kulla halaafin mahiinin 011 "yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah," – هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ Hammaazin masy-syaa-in binamiimin 012 "yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas, lagi banyak dosa," – مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ Mannaa'iln-lilkhairi mu'tadin atsiimin 013 "yang kaku kasar, selain daripada itu, yang terkenal kejahatan-nya," – عُتُلٍّ بَعْدَ ذَلِكَ زَنِيمٍ 'Utullin ba'da dzalika zaniimin 014 "karena dia mempunyai banyak harta dan anak." – أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِينَ An kaana dzaa maalin wabaniina 015 "Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata 'Ini adalah dongeng-dongengan orang-orang dahulu kala'." – إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ Idzaa tutla 'alaihi aayaatunaa qaala asaathiirul au-waliina 016 "Kelak akan Kami beri tanda dia di belalainya." – سَنَسِمُهُ عَلَى الْخُرْطُومِ Sanasimuhu 'alal khurthuumi 017 "Sesungguhnya Kami telah mencobai mereka musyrikin Mekah, sebagaimana Kami telah mencobai pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah, bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik hasilnya di pagi hari," – إِنَّا بَلَوْنَاهُمْ كَمَا بَلَوْنَا أَصْحَابَ الْجَنَّةِ إِذْ أَقْسَمُوا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِينَ Innaa balaunaahum kamaa balaunaa ashhaabal jannati idz aqsamuu layashrimunnahaa mushbihiina 018 "dan mereka tidak menyisihkan hak fakir miskin," – وَلا يَسْتَثْنُونَ Walaa yastatsnuuna 019 "lalu kebun itu diliputi malapetaka yang datang dari Rabb-mu, ketika mereka sedang tidur," – فَطَافَ عَلَيْهَا طَائِفٌ مِنْ رَبِّكَ وَهُمْ نَائِمُونَ Fathaafa 'alaihaa thaa-ifun min rabbika wahum naa-imuuna 020 "maka jadilah kebun itu hitam, seperti malam yang gelap gulita," – فَأَصْبَحَتْ كَالصَّرِيمِ Fa-ashbahat kash-shariimi 021 "lalu mereka panggil memanggil di pagi hari." – فَتَنَادَوْا مُصْبِحِينَ Fatanaadau mushbihiina 022 "Pergilah di waktu pagi ini ke kebunmu, jika kamu hendak memetik buahnya." – أَنِ اغْدُوا عَلَى حَرْثِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِينَ Aniighduu 'ala hartsikum in kuntum shaarimiina 023 "Maka pergilah mereka, saling berbisik-bisikan" – فَانْطَلَقُوا وَهُمْ يَتَخَافَتُونَ Faanthalaquu wahum yatakhaafatuuna 024 "Pada hari ini, janganlah ada seorang miskin-pun yang masuk ke dalam kebunmu." – أَنْ لا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِسْكِينٌ An laa yadkhulannahaal yauma 'alaikum miskiinun 025 "Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi orang-orang miskin, padahal mereka mampu menolongnya." – وَغَدَوْا عَلَى حَرْدٍ قَادِرِينَ Waghadau 'ala hardin qaadiriina 026 "Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata 'Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat jalan," – فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوا إِنَّا لَضَالُّونَ Falammaa ra-auhaa qaaluuu innaa ladhaalluuna 027 "bahkan kita dihalangi dari memperoleh hasilnya'." – بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ Bal nahnu mahruumuuna 028 "Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka 'Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih kepada Rabb-mu'." – قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلا تُسَبِّحُونَ Qaala ausathuhum alam aqul lakum laulaa tusabbihuuna 029 "Mereka mengucapkan 'Maha Suci Rabb-kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim'." – قَالُوا سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنَّا كُنَّا ظَالِمِينَ Qaaluuu subhaana rabbinaa innaa kunnaa zhaalimiina 030 "Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain, seraya cela-mencela." – فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَلاوَمُونَ Fa-aqbala ba'dhuhum 'ala ba'dhin yatalaawamuuna 031 "Mereka berkata 'Aduhai celakalah kita; sesungguhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas'." – قَالُوا يَا وَيْلَنَا إِنَّا كُنَّا طَاغِينَ Qaaluuu yaa wailanaa innaa kunnaa thaaghiina 032 "Mudah-mudahan Rabb kita memberi ganti kepada kita dengan kebun yang lebih baik daripada itu; sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita." – عَسَى رَبُّنَا أَنْ يُبْدِلَنَا خَيْرًا مِنْهَا إِنَّا إِلَى رَبِّنَا رَاغِبُونَ 'Asa rabbunaa an yubdilanaa khairan minhaa innaa ila rabbinaa raaghibuuna 033 "Seperti itulah azab dunia. Dan sesungguhnya, azab akhirat lebih besar, jika mereka mengetahui." – كَذَلِكَ الْعَذَابُ وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ Kadzalikal 'adzaabu wala'adzaabu-aakhirati akbaru lau kaanuu ya'lamuuna 034 "Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa, disediakan surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Rabb-nya." – إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ Inna lilmuttaqiina 'inda rabbihim jannaatinna'iimi 035 "Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu, sama dengan orang-orang yang berdosa orang kafir." – أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ Afanaj'alul muslimiina kal mujrimiina 036 "Mengapa kamu berbuat demikian; bagaimanakah kamu mengambil keputusan." – مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ Maa lakum kaifa tahkumuuna 037 "Atau adakah kamu mempunyai sebuah kitab yang diturunkan Allah, yang kamu membacanya," – أَمْ لَكُمْ كِتَابٌ فِيهِ تَدْرُسُونَ Am lakum kitaabun fiihi tadrusuuna 038 "bahwa di dalamnya kamu benar-benar boleh memilih, apa yang kamu sukai untukmu." – إِنَّ لَكُمْ فِيهِ لَمَا تَخَيَّرُونَ Inna lakum fiihi lamaa takhai-yaruuna 039 "Atau apakah kamu memperoleh janji-janji, yang diperkuat dengan sumpah dari Kami, yang tetap berlaku sampai hari kiamat; sesungguhnya kamu benar-benar dapat mengambil keputusan sekehendakmu." – أَمْ لَكُمْ أَيْمَانٌ عَلَيْنَا بَالِغَةٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ إِنَّ لَكُمْ لَمَا تَحْكُمُونَ Am lakum aimaanun 'alainaa baalighatun ila yaumil qiyaamati inna lakum lamaa tahkumuuna 040 "Tanyakanlah kepada mereka 'Siapakah di antara mereka, yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil itu'." – سَلْهُمْ أَيُّهُمْ بِذَلِكَ زَعِيمٌ Salhum ai-yuhum bidzalika za'iimun 041 "Atau apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu?. Maka hendaklah mereka mendatangkan sekutu-sekutunya, jika mereka adalah orang-orang yang benar." – أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ فَلْيَأْتُوا بِشُرَكَائِهِمْ إِنْ كَانُوا صَادِقِينَ Am lahum syurakaa-u falya'tuu bisyurakaa-ihim in kaanuu shaadiqiina 042 "Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa," – يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلا يَسْتَطِيعُونَ Yauma yuksyafu 'an saaqin wayud'auna ilassujuudi falaa yastathii'uuna 043 "dalam keadaan pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya, mereka dahulu di dunia diserukan untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera." – خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ وَقَدْ كَانُوا يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ وَهُمْ سَالِمُونَ Khaasyi'atan abshaaruhum tarhaquhum dzillatun waqad kaanuu yud'auna ilassujuudi wahum saalimuuna 044 "Maka serahkanlah ya Muhammad kepada-Ku, urusan orang-orang yang mendustakan perkataan ini Al-Qur'an. Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur ke arah kebinasaan, dari arah yang tidak mereka ketahui." – فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لا يَعْلَمُونَ Fadzarnii waman yukadz-dzibu bihadzaal hadiitsi sanastadrijuhum min haitsu laa ya'lamuuna 045 "dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh." – وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ Wa-umlii lahum inna kaidii matiinun 046 "Ataukah kamu meminta upah kepada mereka, lalu mereka diberati dengan hutang?." – أَمْ تَسْأَلُهُمْ أَجْرًا فَهُمْ مِنْ مَغْرَمٍ مُثْقَلُونَ Am tasaluhum ajran fahum min maghramin mutsqaluuna 047 "Ataukah ada pada mereka ilmu tentang yang gaib, lalu mereka menulis padanya apa yang mereka tetapkan." – أَمْ عِنْدَهُمُ الْغَيْبُ فَهُمْ يَكْتُبُونَ Am 'indahumul ghaibu fahum yaktubuuna 048 "Maka bersabarlah kamu hai Muhammad terhadap ketetapan Rabb-mu, dan janganlah kamu seperti orang Yunus yang berada dalam perut ikan, ketika ia berdo'a, sedang ia dalam keadaan marah kepada kaumnya." – فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلا تَكُنْ كَصَاحِبِ الْحُوتِ إِذْ نَادَى وَهُوَ مَكْظُومٌ Faashbir lihukmi rabbika walaa takun kashaahibil huuti idz naada wahuwa makzhuumun 049 "Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat nikmat dari Rabb-nya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela." – لَوْلا أَنْ تَدَارَكَهُ نِعْمَةٌ مِنْ رَبِّهِ لَنُبِذَ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ مَذْمُومٌ Laulaa an tadaarakahu ni'matun min rabbihi lanubidza bil 'araa-i wahuwa madzmuumun 050 "Lalu Rabb-nya memilihnya, dan menjadikannya termasuk orang-orang yang shaleh." – فَاجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَجَعَلَهُ مِنَ الصَّالِحِينَ Faajtabaahu rabbuhu faja'alahu minash-shaalihiina 051 "Dan sesungguhnya, orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu, dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al-Qur'an, dan mereka berkata 'Sesungguhnya ia Muhammad benar-benar orang yang gila'." – وَإِنْ يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ Wa-in yakaadul-ladziina kafaruu layuzliquunaka biabshaarihim lammaa sami'uudz-dzikra wayaquuluuna innahu lamajnuunun 052 "Dan Al-Qur'an itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat." – وَمَا هُوَ إِلا ذِكْرٌ لِلْعَالَمِينَ Wamaa huwa ilaa dzikruln-lil'aalamiinanunwalqolami wama yasturun at 11:36 AM No comments: Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest. Older Posts Home. Subscribe to: Posts (Atom) Followers. Blog Archive 2011 (47) June (25) How To Choose A Tiled Kitchen Backsplash; 1. نٓ ۚ وَٱلْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ nūn, wal-qalami wa mā yasṭurụn 1. Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis. Tafsir Lafal ن merupakan salah satu dari huruf Al-Muqatha’ah huruf yang terputus-putus Ayat-ayat seperti ini dibaca secara putus-putus per-hurufnya dan tidak langsung dibaca sebagai satu kata. Dan ayat-ayat seperti ini banyak terdapat di dalam Alquran[1]. Di antaranya adalah الم yang dibaca alif lam mim, dan bukan dibaca alama. Di antaranya juga عسق yang dibaca ain sin qaf, bukan dibaca asaqa. Di antaranya juga يس yang dibaca yaa siin, bukan dibaca yass. Demikian pula dengan huruf ن dibaca nun dan bukan dibaca naa. Dan sebagaimana kita ketahui bahwasanya huruf tidak memiliki makna. Huruf bisa memiliki makna jika huruf tersebut telah dirangkai dengan huruf-huruf yang lain sehingga menjadi suatu kata. Oleh karenanya para ulama Ahli Tafsir berselisih pendapat tentang makna dan kandungan dari huruf-huruf Al-Muqatha`ah. Di antaranya adalah huruf ن dalam ayat ini. Sebagian para ulama da yang menafsirkannya dengan ikan paus[2], ada yang menafsirkan dengan tinta, dan seterusnya[3]. Namun pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Katsir dan dikuatkan oleh Ibnul Qayyim rahimahumullah bahwasanya huruf-huruf Al-Muqatha’ah[4] tujuannya adalah untuk mengingatkan kaum musyrikin bahwa Alquran adalah mukjizat yang turun dengan bahasa mereka Arab, dengan bahasa sehari-hari mereka, akan tetapi meskipun demikian mereka tidak sanggup mendatangkan yang semisal dengan Alquran. Padahal kata Allah ﷻ, إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ “Sesungguhnya Kami menurunkan Alquran berbahasa Arab, agar kamu mengerti.” QS. Yusuf 2 Saat itu orang-orang musyrikin Arab sedang berbangga-bangga dengan syair-syair mereka, bahkan mereka mengadakan berbagai macam lomba syair-syair. Maka Allah ﷻ menurunkan mukjizat kepada Nabi ﷺ yang berkaitan dengan perkara yang sedang mereka gandrungi saat itu yaitu balaghah dan syair. Hal ini seperti tatkala Allah mengutus nabi Yusuf, ketika itu banyak orang yang dikenal dengan ahli menafsirkan mimpi. Namun ketika sang raja bermimpi maka tidak ada seorangpun diantara mereka yang mampu menafsirkan mimpi raja, dan hanya Yusuf alaihis salam yang mampun menafsirkan mimpi raja. Ketika Allah ﷻ mengutus Nabi Isa alaihissalam, Allah ﷻ mengutus Nabi Isa alaihissalam dengan mukjizat pengobatan karena pada zaman tersebut sedang ramai masalah pengobatan. Demikian pula di zaman Nabi Musa alaihissalam yang sedang ramai perkara sihir. Maka Allah ﷻ turunkan mukjizat kepada Nabi Musa alaihissalam yang sekilas seperti sihir namun bukan sihir[5]. Oleh karenanya demikianlah di zaman Nabi ﷺ, tatkala orang-orang musyrikin sedang saling berbangga-bangga dengan kemampuan mereka dalam balaghah dan syair, maka Allah ﷻ turunkan Alquran yang mengalahkan segala balaghah dan bahasa yang mereka miliki, padahal mereka berbicara dengan huruf-huruf tersebut namun mereka tidak sanggup mendatangkan yang semisal dengan Alquran. Sebagaimana Allah ﷻ juga berfirman, قُل لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَن يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا “Katakanlah, Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Alquran ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain’.” QS. Al-Isra’ 88 Demikian juga firman Allah ﷻ yang memberikan tantangan kepada mereka, أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُم مِّن دُونِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ “Bahkan mereka mengatakan, Dia Muhammad telah membuat-buat Alquran itu’. Katakanlah, Kalau demikian, datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya Alquran yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar’.” QS. Hud 13 Dalam ayat yang lain Allah ﷻ juga menantang mereka lagi dengan mengatakan, وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ “Dan jika kamu meragukan Alquran yang Kami turunkan kepada hamba Kami Muhammad, maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” QS. Al-Baqarah 23 Kemudian Allah ﷻ bersumpah, وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ “Demi pena dan apa yang mereka tuliskan.” Huruf و adalah cara bersumpah dalam bahasa Arab, yang dalam bahasa Indonesia kita sebut dengan “Demi”. Jika isim kata benda datang setelah huruf و dan isim tersebut dikasrahkan, maka akan menjadi bentuk sumpah sebagaimana dalam ayat ini Allah ﷻ menyebutkan وَالْقَلَمِ Demi Pena. Di antaranya juga Allah ﷻ mengatakan وَرَبِّكَ Demi Tuhanmu, والشَّمسِ Demi matahari, وَالنَّهَارِ Demi siang, وَالَّيْلِ Demi malam. Adapun kita tidak boleh bersumpah selain atas nama Allah ﷻ, karena bersumpah atas nama selain-Nya adalah kesyirikan. Adapun Allah ﷻ, Dia berhak bersumpah dengan makhluk yang Dia ciptakan, hal tersebut adalah hak Allah ﷻ. [6] Dan tidaklah Allah ﷻ bersumpah kecuali pada perkara-perkara yang agung. Di antaranya Allah ﷻ bersumpah dengan salah satu makhluknya yaitu pena. Allah ﷻ bersumpah dengan pena karena pena merupakan nikmat luar biasa yang Allah berikan kepada manusia[7]. Oleh karenanya sebagaimana Allah juga sebutkan tentang pena ini di awal-awal surah Al-Alaq turun, Allah ﷻ berfirman, الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ “Yang mengajar manusia dengan pena.” QS. Al-Alaq 4 Pena adalah sebuah nikmat, karena salah satu cara seseorang belajar adalah dengan pena. Dengan penalah Alquran bisa terjaga di tangan para kuttabul wahyi para pencatat wahyu, demikian pula pena digunakan untuk mencatat hadits-hadits Nabi ﷺ, demikian pula ilmu semuanya dicatat dengan pena, perjanjian dicatat dengan pena, sejarah dicatat dengan pena, dan yang lainnya. Oleh karenanya pena adalah nikmat yang sangat luar biasa karena merupakan sarana untuk menegakkan ilmu, sehingga Allah ﷻ bersumpah dengan pena. [8] Ayat ini juga menjadi isyarat bahwasanya Islam adalah agama yang dibangun di atas ilmu. Sebagaimana Allah ﷻ berfirman di awal surah Al-Alaq, اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.” QS. Al-Alaq 1 Jika ayat ini digandengkan dengan ayat pertama dari surah Al-Qalam ini yaitu baca dan pena, maka ini menunjukkan tentang perhatian Islam terhadap ilmu yang sangat luar biasa. Oleh karenanya pula kita dapati banyak ayat-ayat dan hadits-hadits yang menyampaikan tentang keutamaan dan keagungan ilmu. Pena الْقَلَم juga menjadi salah satu sarana untuk mengungkapkan. Makanya pena juga disebut dengan أَحَدُ اللِّسَانَيْنِ yang artinya salah satu dari dua lisan [9]. Seseorang yang ingin mengungkapkan sesuatu maka dia akan mengungkapkannya salah satu dari satu dari dua cara yaitu dengan lisannya secara langsung atau melalui tulisannya. Oleh karena itu, syariat menilai bahwa hukum tulisan sebagaimana hukum lisan. Sebagaimana dengan ucapan seseorang bisa mengadakan akad, perjanjian, wasiat, atau jual beli, maka demikian pula hal tersebut bisa terjadi dengan tulisan. Ketika kita paham bahwa hukum tulisan sama dengan hukum ucapan lisan, maka sebagaimana seseorang berhati-hati dalam berbicara maka demikian pula hendaknya dia berhati-hati dalam mengungkap dengan tulisan. Terutama di zaman ini dimana tulisan seseorang begitu mudahnya tersebar. Dan sebab tulisan itu adalah nikmat, maka hendaknya seseorang tidak menyalahgunakannya. Karena betapa banyak seseorang diangkat derajatnya sebab tulisannya oleh Allah ﷻ sebagaimana para ulama, dan betapa banyak orang yang dihinakan di sisi Allah ﷻ dan manusia karena tulisannya pula. Sebagian ulama memandang bahwa tafsiran kata الْقَلَمُ pena di ayat ini maksudnya adalah pena Allah ﷻ yang Allah ciptakan untuk menulis takdir di Al-Lauhul Mahfuzh[10]. Sebagaimana dalam sebuah hadits, Nabi ﷺ bersabda, إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ فَقَالَ اكْتُبْ. فَقَالَ مَا أَكْتُبُ قَالَ اكْتُبِ الْقَدَرَ مَا كَانَ وَمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى الأَبَدِ “Sesungguhnya awal yang Allah ciptakan adalah pena, kemudian Allah berfirman, Tulislah’. Pena berkata, Apa yang harus aku tulis’. Allah berfirman, Tulislah takdir berbagai kejadian dan yang terjadi selamanya’.”[11] Sebagian ulama tafsir lain mengatakan bahwa pena di sini adalah pena yang dipakai malaikat untuk mencatat di catatan takdir yang ada di sisinya malaikat, atau pena yang dipakai untuk mencatat amalan para hamba-Nya. [12] Sebagian ulama lain seperti Ibnu Katsir rahimahullah dan yang lainnya mengatakan bahwa pena di sini maknanya umum, yaitu mencakup makna pena di Al-Lauhul Mahfuzh, pena yang dipegang oleh para malaikat, dan pena yang dipegang oleh manusia[13]. Karena setelah Allah ﷻ bersumpah atas nama pena, kemudian Allah ﷻ berfirman, وَمَا يَسْطُرُونَ “Dan apa yang mereka tuliskan.” Artinya mereka dalam ayat ini bisa jadi malaikat dan bisa jadi pula yang dimaksud adalah manusia. Allah ﷻ membuka surah Al-Qalam dengan sumpah. Dan tidaklah Allah bersumpah kecuali untuk menekankan sesuatu. Karena jika Allah ingin menekankan sesuatu, maka Allah membukanya dengan sumpah. Dan hal seperti banyak di dalam Alquran. Di antaranya Allah ﷻ berfirman, وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا، وَالْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا، وَالنَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا، وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا، وَالسَّمَاءِ وَمَا بَنَاهَا، وَالْأَرْضِ وَمَا طَحَاهَا، وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا، فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا، قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا “Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, demi bulan apabila mengiringinya, demi siang apabila menampakkannya, demi malam apabila menutupinya gelap gulita, demi langit serta pembinaannya yang menakjubkan, demi bumi serta hamparannya, demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya, maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya.” QS. Asy-Syams 1-9 Untuk menekankan pernyataan “Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya”, Allah ﷻ membuka dengan beberapa rentetan sumpah. Demikianlah orang-orang Arab dalam menekankan sesuatu, mereka bersumpah terlebih dahulu lalu menyebutkan pernyataan tersebut. _________________________ Footnote [1] Lihat Tafsir Ibnu katsir 8/184. [2] Lihat Tafsir Al-Baghawiy 8/182. [3] Lihat Tafsir Ibnu katsir 8/184-185 dan Tafsir Al-Ma’tsur 22/90-93. [4] Lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/184 dan At-Tibyan fi Aqsamil Quran hal. 203 [5] Ibnu Katsir berkata كَانَتْ مُعْجِزَةُ كُلِّ نَبِيٍّ فِي زَمَانِهِ بِمَا يُنَاسِبُ أَهْلَ ذَلِكَ الزَّمَانِ “Mukjizat setiap Nabi di zamannya sesuai dengan apa yang digandrungi oleh penduduk zaman tersebut” Al-Bidaayah wa an-Nihaayah 2/486 [6] Lihat Majmu’ Al-Fatawa 1/290 [7] Lihat Tafsir Ath-Thobari 24/527 [8] Lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/187. [9] Lihat Tafsir Al-Qurthubi 18/224-225, dan sebagaimana yang dijelaskan oleh Ar-Razy فَإِنَّ التَّفَاهُمَ تَارَةً يَحْصُلُ بِالنُّطْقِ وَ [تَارَةً] يُتَحَرَّى بِالْكِتَابَةِ “karena sesungguhnya saling memahami terkadang didapat dengan ucapan dan terkadang didapat dengan tulisan.” Lihat At-Tafsir Al-Kabir 30/598 [10] Lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/187. [11] HR. At-Tirmidzi no. 2155 [12] Lihat Tafsir Al-Baghawi 8/187. [13] Lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/187.
Oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof KH Nasaruddin Umar kitab tafsir Isyari, penciptaan alam raya sering dihubungkan dengan titik di bawah huruf ba dan sumpah pertama Allah dalam Alquran, yaitu ن ۚ وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ "Nun wa al-Qalam wa ma yasthurun." Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis/QS al-Qalam [68] 1. Kebanyakan ulama tafsir menafsirkan nun dengan ikan yang pernah menyelamatkan Nabi Yunus yang dibuang di tengah laut. Pendapat ini didasarkan pada ayat وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ "Dan ingatlah kisah Zun Nun Yunus, ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya menyulitkannya, maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap 'Bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." QS al-Anbiya'[21] 87. Kata Zan Nun sering diartikan sebagai 'pemilik Nun, ikan yang meyelamatkan Nabi Yunus. Huruf nun juga biasa ditafsirkan dengan makna semiotik, yaitu huruf nun semacam botol tinta, bisa juga dengan tinta atau dawat midad lalu dihubungkan dengan kalam atau pena al-qalam sebagai pena penciptaan, dan apa yang dituliskannya wa ma yasthurun sebagai lembaran suci. Al-Razi dalam tafsirnya, Tafsir al-Kabir, menyebutkan sebuah riwayat bahwa huruf nun ialah huruf akhir dari al-Rahman. Kata wa ma yasthurun dalam ayat tersebut ialah Lembaran yang Terpelihara al-Lauh al-Mahfudh, yang di dalamnya ter can tum peristiwa apa pun yang ter jadi di langit dan di bumi. Sedangkan, pena al-qalam dimaknai sebagai benda pertama yang Allah ciptakan, sesuai dengan riwayat yang disampaikan oleh Ibn 'Abbas. Ibn 'Abbas berkata, "Yang paling pertama Allah ciptakan ialah pena kalam, kemudian Ia memerintahkan tulislah apa-apa yang terjadi sampai hari kiamat, maka terjadilah apa yang terjadi hingga hari kebangkitan dari ajal sampai perbuatan. Ia berkata, 'Itulah pena yang bercahaya yang panjangnya antara bumi dan langit.'" Segitiga antara tinta, pena, dan lembaran menarik perhatian Ibn Arabi yang sangat tertarik dengan angka tiga. Ibn Arabi menghubungkan implikasi yang dan yin dengan pena al-qalam dan lembaran wa ma yasthurun. Dalam konsep Taoisme kepercayaan Tiongkok kuno dikenal ada dua macam Tao. Ada Tao yang tak bisa dinamai secred of the secred dan Tao yang bisa dinamai. Konsep ini mengingatkan kita kepada konsep al-Ahadiyyah dan al-Wahidiyyah dalam kosmologi Islam. Tao yang bisa dinamai mempunyai dua kualitas nama, yaitu yang dan yin. Yang melambangkan kualitas maskulin dan yin melambangkan kualitas feminin. Dalam kosmologi Islam, yang dapat dihubungkan dengan kualitas Jalaliyyah dan /yin dihubungkan dengan kualitas Jamaliyyah. Dua kualitas itu menuntut adanya keseimbangan di dalam menjalani kehidupan ini. Dari sinilah hubungan erat antara kosmologi Islam dan kosmologi Cina. Pena dilambangkan sebagai lelaki yang memiliki sifat-sifat dominan maskulin. Sedangkan, lembaran dilambangkan sebagai perempuan yang memiliki sifat-sifat dominan feminin. Keduanya kawin-mawin dan produktif. Pena mengeluarkan atau menurunkan tintanya dan lembaran menampung tinta itu dalam bentuk tulisan. Sama dengan laki-laki yang mengalami orgasme, menurunkan spermanya ke rahim istri, lalu lahirlah anakanak manusia sebagai anak-anak mikrokosmos. sumber Harian RepublikaBACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Bismillahir rohmanir thosinmim kafhaya 'ainshod yasin wal qur-anil hakim hamim 'ainsin qof nun wal qolami wama yasthurun la hawla wala quwwata illa billah." Doa diatas dibaca 3x atau 7x pada air,lalu di tiupkan ke air kemudian usapkan ke wajahnya dan jika sudah sadar bisa diminumkanPenyusun Apri Maulina / Editor IES Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh. Sebelum kita mulai kultum Ramadhan dengan tema Kewajiban Menuntut Ilmu Agam Islam, pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah swt. Bersyukur karena Allah swt telah memberikan Rahmat dan Nikmat yang sangat luar biasa, sehingga kita bisa bersua kembali. Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Agung Muhammad saw, yang kita nantikan syafaatnya di yaumul akhir, aamiin. Jamaah yang semoga senantiasa mendapatkan kasih sayang dari Allah SWT. Sebagai hamba Allah swt, kita sadar bahwa di antara kewajiban hamba terhadap Tuhannya tidak lain adalah agar beribadah kepada-Nya. Adapun menuntut ilmu agama Islam adalah wajib hukumnya, artinya ketika dikerjakan akan mendatangkan pahala dan apabila ditinggalkan akan berdosa. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad saw. طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ Yang Artinya “menuntut ilmu agama Islam hukumnya wajib atas setiap orang muslim” HR Ath-Thobroni. atau lihat Mujam Thabarani Kabir jilid 10 halaman 195 hadis nomor 10461, Sunan Ibnu Majah hadis nomor 220. Tanpa adanya upaya menuntut ilmu agama Islam, tentunya seorang muslim dan muslimat akan lebih mudah untuk terjerumus kedalam banyak dosa dan kesalahan, karena ketidak pahamanya. Dan inilah diantara bahaya dari meninggalkan kewajiban. Dan sebaliknya, ketika seorang muslim dan muslimat rajin menuntut ilmu agama Islam maka berbagai faidah akan dia dapatkan dengan seizin Allah SWT. Baik ketika dia masih di dunia atau kelak di akhirat nanti. Untuk itu, marilah pergunakan waktu dan kesempatan dengan sebaik mungkin demi tercapai berbagai kebaikan untuk kita semua dengan selalu berusaha menuntut ilmu agama dengan baik dan benar. Allah Ta’ala berfirman. وَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا Artinya “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku” , QS Thoha 114. Demikian kultum Ramadhan singkat kali ini tentang kewajiban kita kaum Muslimin untuk menuntut ilmu, terimakasih. Nun walqolami wama *Penyususn adalah Ustadz TPQ Nurul Iman, Pelajar Kelas 11 SMK Muhammadiyah 1 Purbalingga, Anggota KOKAM
NunTafsir Gerakan Al-Qalam: Implikasi QS Al-Qalam ayat 1 dengan Paradigma Gerakan IPM. Azaki Khoirudin. Download Download PDF. Full PDF Package Download Full PDF Package. This Paper. A short summary of this paper. 35 Full PDFs related to this paper. Download. PDF Pack. People also downloaded these PDFs.Belajar surah nun walqolami wama yasturun Penafsiran ini dikuatkan oleh ayat 87 dari surat An Nabiya yang menyebut Nabi Yusuf dengan Zan Nun. Copy Advanced Copy Tafsirs. Demi pena dan apa yang mereka tuliskan . Cek jugayasturun dan surah nun walqolami wama yasturun Kalimat Nuuun wal qolami wama yasthurun diambil dari kata yang ada di dalam Al Quran. . Ada tafsiran yang menyatakan bahwa Nun adalah nama sebangsa ikan besar di laut senamgsa Ikan paus yang menelan Nabi Yunus. Kaligrafi Islam Photos Judul Surah Kaligrafi Islam Photos Format Surah PNGUkuran File Surah surah nun walqolami wama yasturunTanggal post November 2019 Jumlah halaman surah 195 HalamanBaca Kaligrafi Islam Photos Arabic Calligraphy Noon Wal Qalami Wama Yasturun Al Khatthuluth Vector Eps Ai Svg Jpeg High Definition Download A Free Preview Or High Vector Calligraphy Wama Judul Surah Format Surah JPGUkuran File Surah 810kb surah nun walqolami wama yasturunTanggal post Desember 2017 Jumlah halaman surah 288 HalamanBaca 068 Surah Al Qalam Mishary Al Afasy Irecite Nuun Wal Qolami Wama Yasthurun Sang Pencerah Demikian Informasi surah nun walqolami wama yasturun, , semoga memberi solusi. Tags surah walqolami wama yasturun Created by Adrian Harrison Love blogging.
- ጇ соχаդуնεф ծቡвсиዝ
- Иν звէጵէስ ς οվумጋτըቭ
- Վосо κишօгла озвиву ሽи
- Еγեሼуተቻм ηуሲиσоዱ
- Իфυреζኯ а